Laman

Selasa, 23 Februari 2010

VIDEO SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SENI TARI

Media Pembelajaran Sebagai Penunjang Proses Belajar Mengajar

Prodi Pendidikan Seni Tari mempunyai tujuan untuk menghasilkan tenaga Kependidikan di bidang Seni Tari yang memiliki mutu tinggi sebagai calon pendidik. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan peningkatan kemampuan tenaga pendidik maupun keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri.

Dalam proses belajar mengajar ada dua unsur yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, yakni metode mengajar dan media pembelajaran. Metode mengajar yang dipilih akan menentukan jenis media pembelajaran yang akan digunakan. Jenis media pembelajaran selain ditentukan oleh metode pengajaran juga dipengaruhi oleh tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan dari siswa (Arsyad, 2003:15)

Dalam mata kuliah praktek Tari, seorang dosen disamping memberikan teori juga dituntut kemampuan untuk demonstrasi sebagai penuntun terhadap peserta didiknya. Dengan menggunakan media pembelajaran tentu diharapkan menjadi sebuah solusi yang akan membantu keberhasilan proses belajar mengajar. Prodi Pendidikan Seni Tari identik dengan kesan harmonisasi unsur gerakan (tari) dengan unsur suara (iringan). Media pembelajaran dengan bahan video sangat ideal untuk digunakan sebagai sarana penunjang proses belajar, karena didalamnya juga terkandung unsur gerak (motion picture) dan suara (audio).

Pengertian dan sifat Video

Video adalah salah satu temuan terbesar manusia di abad 20. Dimulai dari ditemukannya fotografi yang menampilkan citra atau image diam yang identik dengan aslinya kemudian berkembang dengan menampilkan citra bergerak (motion picture). Perkembangan ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi yang kemudian mampu menggabungkan unsur gambar bergerak tadi dengan unsur suara. Lalu disebut sebagai video, yakni gabungan yang harmonis atau sinkron antara visual (gambar bergerak) dengan audio (suara)

Bahan video ini diproduksi dengan merekam objek bergerak sekaligus suaranya dengan menggunakan peralatan yang disebut kamera. Kamera video berfungsi sebagai alat yang mewakili mata manusia untuk menangkap pantulan cahaya sebuah objek dan gelombang suara yang kemudian diproses secara mekanik atau elektronik dan disimpan dengan media seperti pita seluloid, pita magnetis bahkan digital video disc. Video sebagai media komunikasi yang memadukan unsur suara/bunyi dan gambar dengan segala teknik penyiapan yang didasarkan pada derajad kegunaannya (useware), sangat ditentukan oleh penyiapan penggarapan perangkat lunak (software) yaitu materi/pesan dan perangkat keras (hardware) berupa perlatan produksi (Djauhari, 2003).

Pada perkembangan teknologi komunikasi saat ini yang sangat menunjang penggarapan kemasan informasi melalui media audio visual maka beberapa keunggulan sifat video yang dimiliki, yakni fixative, manipulative dan distributif semakin menghadapkan kita sebagai perencana pesan untuk senantiasi kreatif dalam pembuatan kemasan pesan (Djauhari, 2003:3). Keunggulan video yang mampu menampilkan gambar bergerak dan suara merupakan satu daya tarik tersendiri, karena kita mampu menyerap pesan atau informasi dengan menggunakan lebih dari satu indera. Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media ini akan meningkatkan tingkat keberhasilan penyampaian materi dan memperkuat apresiasi peserta didik serta memudahkan pengembangan materi terhadap apa yang diajarkan.

Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Media dapat dilihat sebagai komponen sumber belajar atau wahana fisik yang berisi materi instruksional di lingkungan siswa yang fungsinya untuk merangsang belajar siswa.

Media pembelajaran mempunyai beberapa istilah diantaranya alat pandang dengar, bahan pengajaran (instructional material), komunikasi pandang dengar (audio visual communication),pendidikan alat peraga pandang (visual education), teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga dan alat penjelas. Istilah-istilah yang beragam tentang media pembelajaran menunjukkan beragamnya definisi dan batasan media pembelajarn. Beberapa ciri utama media pembelajaran diantaranya merupakan media fisik atau non fisik, karakter utamanya pada bentuk visual audio, sebagai alat bantu pada proses belajar mengajar dan berperan dalam kerangka komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Arsyad, 2003:6).

Lebih lanjut (Arsyad, 2003:9) mengungkapkan: media pembelajaran yang baik pada umumnya memiliki 3 ciri utama, yaitu bersifat fiksati, manipulatif dan distributif. Fiksatif ditandai dengan kemampuan media untuk menyimpan, melestarikan atau merekonstruksi suatu peristiwa. Ciri manipulatif ditandai dengan kemampuannya untuk mentransfer beragam peristiwa dalam konteks atau waktu yang beragam dalam satu alur yangmenarik dan tidak bertele-tele. Ciri distributif ditandai dengan kemampuan media untuk menampilkan suatu hal atau peristiwa secara merata kepada siswa tanpa pengecualian dan dapat disajikan secara berulang-ulang tanpa kehilangan esensi dari hal yang hendak disampaikan.

Semua sifat media pembelajaran yang baik tersebut dimiliki oleh media video, sehingga penggunaan media ini sangat ideal terutama untuk menunjang mata kuliah praktek Tari. Dosen bisa memberikan teori dan gambaran prakteknya dengan menggunakan bahan video yang dikemas dalam pita kaset maupun cd kepada peserta didiknya. Untuk lebih memperdalam apa yang telah diberikan pengajar, maka siswa diberi kesempatan untuk berlatih di luar jam kuliah dengan menggunakan media ini karena dapat diulang tanpa mengurangi esensi yang telah disampaikan pengajarnya. Apalagi sarana pendukung untuk menampilkan media ini seperti komputer atau vcd player sudah merupakan sarana yang banyak dimiliki oleh mahasiswa.

Bentuk dan Cara Membuat Kemasan Media Video

Bahan video yang digunakan sebagai media pembelajaran bisa dikemas dalam berbagai bentuk atau format. Bentuk kemasan yang disajikan juga akan mempengaruhi hardwarependukungnya. Misalnya bahan video yang dikemas dalam kepingan vcd harus diputar dengan vcdplayer atau menggunakan komputer sedangkan jika dikemas dalam format cd interaktif maka harus diputar dengan menggunakan komputer. Jika medianya masih menggunakan kaset video, maka harus menggunakan player yang sesuai dengan format kaset yang digunakan.

Bahan video dengan kemasan vcd merupakan data digital yang terdiri dari bahan visual (hasil shooting kamera, komputer grafik) dan bahan audio (rekaman dari kamera, audio mixing,ilustrasi). Proses pembuatannya adalah kumpulan data video yang dihasilkan oleh kamera diolah secara digital dengan menggunakan perangkat komputer. Dalam proses pengolahan ini gambar dan suara dari rekaman kamera dapat diedit, yakni dikurangi atau ditambah dengan grafik atau gambar dari sumber lain, penambahan tulisan, penyelarasan audio, penambahan ilustrasi atau efek. Setelah proses ini selesai hasil pengerjaan ini kemudian ditransfer atau dihasilkan outputdengan media penyimpan berupa pita kaset atau vcd.

Format cd interaktif secara garis besar merupakan bentuk kemasan materi yang disajikan dengan sistem yang lebih kompleks berupa koneksi data-data digital termasuk didalamnya data video. Bahan video bukan komponen mutlak dalam bentuk format ini. Kemasan ini menarik karena dalam proses penggunaannya menuntut interaksi user dengan pilihan menu sesuai materi yang terkandung didalamnya.

Materi yang terkandung dalam media video disesuaikan dengan mata kuliah yang akan disajikan. Visualisasinya disusun sedemikian rupa agar gambar mempunyai sinkronisasi dengan suara yang ditampilkan. Oleh sebab itu perlu rancangan atau konsep terhadap isi sebelum diproduksi data gambar maupun suara. Terdapat acuan yang bisa digunakan untuk memproduksi sebuah karya video, yaitu adanya tahap-tahap yang harus dilalui yang lazim disebut standart operational procedure (SOP) (Sastro Subroto, 1994:157), meliputi:

1. Pra Produksi

Meliputi proses pembuatan rancangan (naskah produksi) hingga persiapan produksi

2. Produksi

Pengambilan gambar

3. Pasca Produksi

Proses penyuntingan gambar, meliputi logging, editing, mixing, dubbing, dll sehingga menghasilkan kemasan produk video yang siap untuk dipublikasikan

Penggunaan Media Video Sebagai Media Pembelajaran

Penerapan media video ini tidak menuntut ketrampilan yang rumit. Keperluan pendukung berupa sarana untuk memutar ulang bahan atau materi yang telah disusun dan disimpan dalam media kaset atau vcd, yakni video player dan/atau perangkat komputer. Didalam kelas pengajar menggunakan media ini sebagai sarana pendukung dalam penyampaian materi, kemudian siswa dapat memperdalam materi yang disampaikan dengan menggunakan bahan video diluar jam kelas atau bahkan di rumah.

PENUTUP

Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan agar tujuan dan tingkat keberhasilan pembelajaran dapat tercapai. Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat, maka model-model media pembelajaran pun semakin banyak dan menyesuaikan. Diantara sekian banyak model media pembelajaran yang ada, media yang berbasis audio visual banyak menarik minat baik oleh pengajar maupun peserta didik.

Media pembelajaran dengan bahan video sebagai komponen utama materi yang disusun, akan banyak membantu kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini untuk Prodi Pendidikan Seni Tari Jurusan Seni dan Desain Universitas Negeri Malang. Diharapkan penggunaan media ini dapat segera diujikan di beberapa mata kuliah praktek Seni Tari. Semoga tulisan ini memberi manfaat kepada Jurusan terutama Prodi Pendidikan Seni Tari.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Djauhari, Oka. 2003. Pemanfaatan Video Image Sebagai Bahan Expose (Diktat TOT Bidang Perkotaan Dengan Media Audio Visual). Surabaya. Balai Produksi Bahan Pelatihan Audio Visual

Sastro Subroto. Darwanto, Produksi Acara Televisi, Duta Wacana University Press, Yogyakarta, 1994

DASAR2 VIDEOGRAFI: KONTINITI, KOMPOSISI, IMAGINER LINE, TIPE SHOT, PENCAHAYAAN

Tahapan pembuatan karya video / Standard Operational Procedur:
Pra Produksi, meliputi:
- Adanya ide/gagasan
- Sinopsis
- Treatment
- Naskah/skenario
- Talent
- TA, Property, Rias & Busana
- General Rehearsal/gladi bersih,
- Bloking artis, kamera
- Persiapan Equipment/peralatan

Produksi:
pelaksanaan pengambilan gambar dengan menggunakan kamera. Mengubah bahan tertulis menjadi bahan/hasil visual dan audio. atau dengan bahasa sederhana adalah pelaksanaan Shooting

Pasca Produksi
proses editing (logging, penyuntingan dan penyambungan gambar, titling, mixing audio, dubbing, effect)



Sinkronisasi antara A dan V
Tayangan video merupakan sebuah tayangan yang sinkron/macth (tepat) antara unsur gambar dan suara; indikatornya adalah:
- lip-sing pengisi acara dengan suara yang disampaikannya. Penyanyi, reporter, presenter, dialog, dan lainnya
-keselarasan audio/narasi dengan visual (mis: narasi yang menerangkan sebuah mobil, maka idealnya visualisasinya juga menampilkan gambar mobil)
-keselarasan ilustrasi musik, audio effect dengan visualisasi (mis: adegan perkelahian idealnya menggunakan efek benturan fisik dan ilustrasi yang cepat)


Imaginer line
Garis khayal panduan kameraman untuk menentukan letak kamera, pencahayaan, komposisi, artis, angle, pergerakan kamera / lensa dan segala hal teknis kamera yang dipersiapkan untuk merekam adegan / shot.

Tujuan:
- Menjaga kontiniti
- Dinamika gambar
- Detail adegan/subjek

Shot yang dihasilkan oleh kameraman yang melanggar garis imajiner tidak dapat disambung.
Kalaupun itu dilakukan harus mempersiapkan shot lain (insert shot) untuk menyambung shot2 yang melampaui garis imajiner tersebut.




KONTINITI

Kesinambungan : Film/video harus menyajikan citra secara berkesinambungan, lancar, logis, dan wajar-masuk akal. Film/video dapat memanipulasi/menciptakan ruang dan waktunya sendiri.

Film yang baik adalah film dimana penonton tidak merasakan potongan gambar namun penonton merasakannya menjadi satu rangkaian kejadian, disinilah dibutuhkan kontiniti yaitu proses kesinambungan antar gambar. Apalagi sebuah shot dalam film tidak diambil secara berurutan.

Secara garis besar, sebuah rangkaian cerita/film/informasi dibangun dengan menyampaikan atau mempertahankan dua aspek kontiniti, yakni:

a. kontiniti ruang

Membangun logika perpindahan ruang yang wajar, meskipun hanya diberikan visual yang sederhana.

Mis: perjalanan pesawat dari Sby ke Jkt tidak perlu di shot semua aktivitas perjalanannya. Cukup shot pesawt take off kemudian disambung dg pesawat yg landing.

b. kontiniti waktu

Lampau, skg, yg akan dtg, menurut kondisi

Mis: sebuah film berdurasi 2 bisa menceritakan kehidupan seseorang mulai lahir hingga meninggal

Beberapa elemen lain yg harus diperhatikan:

a. Kontiniti gerakan dan emosi pemain

Setiap pemain diharapkan sadar kontiniti, semakin profesional seorang pemain maka kemampuan dalam kontiniti gerakan dan emosinya diharapkan semakin baik.

b. Kontiniti lighting

Kondisi cahaya antar shot, terutama dalam satu scene diharapkan tidak berubah agar penonton tidak terganggu karena terjadi jump light.

c. Kontiniti suara

Suara juga sangat penting dijaga kontinitinya terutama dalam hal tone, equalisasi, noise, atmosfir, dsb.

c. Kontiniti art

Kontiniti yang perlu dijaga dalam art antara lain wardrobe, make up, property, setting.Film/video dapat memanipulasi/menciptakan ruang dan waktunya sendiri.

Sebuah contoh untuk mempertahankan kontiniti adalah dengan memperhatikan Imaginer line. dalam hal ini seorang kameraman tidak boleh melanggar garis imajiner seperti dalam aturan yang disebut sebagai "180 degree rule":









Jika gambar diambil dari kamera 2 dan 3, maka penonton akan melihat dari sisi yang tetap.









Jika gambar diambil dari kamera 2 dan 4, maka akan merubah arah pandang penonton / membingungkan




Komposisi


ARTI SEDERHANA: PENEMPATAN BENDA/OBJEK DI DALAM SEBUAH FRAME/BINGKAI

BERKAITAN DG KAMERA/TELEVISI/PRESENTATION: PENYUSUNAN UNSUR-UNSUR GAMBAR SEDEMIKIAN RUPA UNTUK MENGARAHKAN PERHATIAN PENONTON KEARAH SUATU PUSAT PERHATIAN.

komposisi berkaitan dengan:
BALANCE, BEAUTY, POINT INTEREST, COMUNICATION


beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam komposisi adalah mengenai teknik pembingkaian objek/subjek dalam sebuah frame:

a. "The Rule of Thirds"

  • Aturan ini membagi frame menjadi 3 bagian
  • Penekanannya yaitu 1/3 atau 2/3 frame, daripada ditengah-tengah frame
  • Pada saat membidik dengan mode mendatar atau landscape, ambil bagian dataran atau bawah kurang lebih 1/3 frame, kemudian sisanya untuk mengambil bagian atas atau langit


b. "Headroom", "looking room", and "leading room“
Terminologi atau istilah ini mengacu pada banyaknya ruang yang ada dalam sebuah frame yang dibiarkan kosong.
Anda perlu membuat sebuah ruang kosong didepan muka/sesuai dengan arah pandang obyek anda. Ruang kosong ini dinamakan dengan "talking room/front space/nose room". Jika seseorang sedang berbicara dengan orang lain, maka "talking room" ini memberikan efek natural pada gambar.
 Walking room, jika seseorang sedang berjalan, maka berikan juga ruang kosong untuk berjalan ini.
 Sedangkan Head room adalah ruang kosong antara batas atas dari obyek dengan batas atas dari frame






Kesalahan yang sering dilakukan adalah memberikan head room terlalu lebar, sehingga menghabiskan ruangan frame terlalu banyak.
Hindari mengambil setengah gambar dalam sebuah frame, khususnya obyek manusia (seperti separuh wajah manusia) karena akan sangat tidak enak untuk dilihat.

c. Equilibirum (keseimbangan)
keseimbangan merupakan cita rasa seorang kameraman dalam membingkai subjek beserta komponen/elemen visual lainnya dalam sebuah frame. keseimbangan bukan berarti penempatan yang simetris, namun lebih kepada bagaimana menyusun elemen2 visual dalam sebuah bingkai atau frame dapat menimbulkan perasaan yang seimbang, indah, nyaman untuk dilihat.
ex:

Seimbang tak seimbang


Pembingkaian dalam Videografi

Shot :
sebuah shot adalah tayangan yang dihasilkan dari perekaman kamera, mulai menekan tombol rec hingga berakhir/menekan tombol pause.

Dalam sebuah rangkaian cerita dibagi menjadi:
beberapa sequence (babak), scene (adegan), dan shot (bagian terkecil dari struktur visualisasi vid
eo)

Jenis / Tipe SHOTS dalam videografi

1. BERDASARKAN ANATOMI MANUSIA















Ada 5 shot dasar yang biasa digunakan kamera dalam merekam, yakni close up (CU), medium close up (MCU), medium shot (MS), knee shot (KS) dan full shot(FS)


Dengan kelima shot dasar tersebut disertai akibat gerakan kamera dan lensa akan menghasilkan berbagai variasi gambar dan jumlah subjek pun bisa lebih dari satu (orang).



















Close Up (CU)
Jenis shot ini akan mengarahkan perhatian penonton untuk melihat subjek dari dekat. Menguntungkan jika digunakan untuk mengambil action dramatik atau dialog artis. Shot ini hanya mengambil gambar hanya pada bagian wajah (close up). Teknik ini lebih menonjolkan ekspresi wajah dari subjek.























Medium Close Up (MCU)
shot ini dapat memperlihatkan gerak/aktifitas
tubuh artis terutama gerakan dada keatas, biasa digunakan untuk produksi berita di studio


























Medium Shot (MS)
teknik pengambilan gambar ini sesuai jika digunakan untuk menangkap gerakan dari pinggang ke atas. Pengambilan gambar dengan tipe shoot ini ini bertujuan untuk menunjukan subyek lebih detail, dan juga bisa menunjukan emosi yang ditampulkan oleh subjek.





















Knee Shot (KS)
Tipe shot ini dapat digunakan untuk memberikan perhatian penonton terhadap aktifitas 2/3 artis. Dapat juga digunakan untuk membingkai artis yang jumlahnya > 1





















Full Shot (FS)
Teknik ini akan menarik jika
diarahkan pada gerakan yang
dibawakan oleh seorang artis
yang menggunakan seluruh bagian
tubuhnya untuk beraktifitas.
Selain itu dengan jenis shot ini
mampu mengcover lebih dari
satu orang subjek (penari).





















Extreme close up (ECU)
Pengambilan gambar dengan teknik ini akan menunjukkan secara detil ekspresi dari subjek, seperti linangan air mata, gerak bibir, dan luapan kegembiraan yang terpancarkan dari wajah atau mata subjek




















ELS (Extreme Long Shot)
Teknik ini adalah teknik mengambil gambar sangat jauh dari subyek yang mungkin tidak akan kelihatan dengan jelas. Teknik ini bertujuan untuk menunjukan lingkungan disekitar subjek dan dirancang untuk menunjukan pendengar di mana tempat tindakan diambil-ESTABLISHING SHOT.
ELS juga disebut dengan istilah extra long shot or extreme long show.





2. BERDASARKAN JUMLAH OBJEK
one shot
two shot
three shot
group shot




TATA CAHAYA

Ada 3 dasar pencahayaan:
1. Cahaya utama(key light)
Yaitu sumber pencahayaan utama yang digunakan di produksi dan lokasi yang disesuaikan dg maksud dan tujuan tertentu. Biasanya pencahayaan atau jenis lampu ini untuk menyinari subjek utama. Akibat dari penyinaran ini adalah timbulnya bayangan pada subjek.
Key light biasanya menggunakan intensitas cahaya cahaya yang paling besar daripada cahaya lain.
2. Cahaya pengisi(fill light)
fungsinya adalah untuk menetralisir kontras yang diakibatkan oleh penyinaran dari lampu utama (
mengurangi gelap pada wajah dan bayangan yang timbul). Penempatan lampu ini biasanya diletakkan berseberangan (opposite) dengan key light. intensitas fill light biasanya cukup kuat, namun tidak lebih kuat dari main lightnya
3. Cahaya belakang (back light)
penyinaran lampu ini akan menimbulkan garis tepi dari bentuk subjek, sehingga memisahkan dari latar belakang dekorasinya. Efek yang ditimbulkan jelas akan menambah kedalaman pada citra yang ditampilkan di televisi.
berikut contoh skema penggunaan lighting :


















tata lampu yang baik mengutamakan objek utama,
menimbulkan efek kedalaman atau dimensi

cahaya/lampu/lighting dalam videografi memiliki intensitas yang bermacam-macam. intensitas atau kekuatan suatu pencahayaan diukur berdasar suhu cahaya yang menggunakan satuan derajad Kelvin. kamera tidak mampu membedakan sendiri suatu kondisi pencahayaan dengan suhu cahaya tertentu, maka kameraman harus menset kamera untuk menyesuaikan tiap kondisi pencahayaan dengan cara mengatur white balance kamera.
berikut tabel kondisi pencahayaan berdasar derajat Kelvin